Jumat, 30 Desember 2011
Hafalan Shalat Delisa
Di Aceh, tepatnya Lok Nga, ada sebuah keluarga kecil yang sederhana, terdiri dari abi Usman, ummi Salamah, cut Fatimah, cut Aisyah dan cut Zahra (yang kembar tapi bagaikan bumi dan langit) dan si bungsu Delisa. Delisa yang masih berusia 6 tahun akan ikut ujian hafalan shalat. Jika berhasil, ummi menjanjikan kalung untuknya, berbandul huruf D; D untuk Delisa yang dibeli di toko koh Acan. Abi juga berjanji lewat telepon, karena abi bekerja di perusahan minyak Asing, bagian perbaikan kapal dan hanya pulang tiga bulan sekali, membelikan sepeda baru untuk Delisa. Semangat Delisa kian hari kian besar, selalu berseru 'D untuk Delisa' yan membuat cut Aisyah iri. Ummi Salamah yang bijaksana akhirnya berinisiatif untuk membelikan bandul untuk semuanya, 'A untuk Aisyah; Z untuk Zahra; dan F untuk Fatimah.
Hari hari Delisa diwarnai berbagai hal, mengaji di meunasah, belajar sepeda bersama Tiur, dan main sepak bola bersama kawan kawan Umam.
***
24 Desember 2004 itu.!!
Delisa bangun dengan semangat. Sholat subuh dengan semangat. Bacaannya nyaris sempurna, kecuali sujud. Bukan tertukar, BUKAN.!! Tapi tiba-tiba Delisa lupa bacaan sujudnya. Empat kali sujud, empat kali Delisa lupa. Delisa mengabaikan fakta itu. Toh nanti pas di sekolah ia punya waktu banyak untuk mengingatnya. Ummi ikut mengantar Delisa. Hari itu sekolah ramai oleh ibu-ibu. Satu persatu anak maju dan tiba giliran Alisa Delisa. Delisa maju, Delisa akan khusuk. Ia ingat dengan cerita Ustad Rahman tentang bagaimana khusyuknya sholat Rasul dan sahabat-sahabatnya. "Kalo orang yang khusuk pikirannya selalu fokus. Pikirannya satu.Nah jadi kalian sholat harus khusuk. Andaikata ada suara ribut di sekitar, tetap khusuk."
Delisa pelan menyebut "ta'awudz". Sedikit gemetar membaca "bismillah". Mengangkat tangannya yang sedikit bergetar meski suara dan hatinya pelan-pelan mulai mantap. "Allahu Akbar".
Seratus tiga puluh kilometer dari Lhok Nga. Persis ketika Delisa usai bertakbiratul ihram, persis ucapan itu hilang dari mulut Delisa. Persis di tengah lautan luas yang beriak tenang. LANTAI LAUT RETAK SEKETIKA. Dasar bumi terban seketika! Merekah panjang ratusan kilometer. Menggentarkan melihatnya. Bumi menggeliat. Tarian kematian mencuat. Mengirimkan pertanda kelam menakutkan. Gempa menjalar dengan kekuatan dahsyat. Banda Aceh rebah jimpa. Nias lebur seketika. Lhok Nga menyusul.
Tepat ketika di ujung kalimat Delisa, tepat ketika Delisa mengucapkan kata "wa-ma-ma-ti", lantai sekolah bergetar hebat. Genteng sekolah berjatuhan. Papan tulis lepas, berdebam menghajar lantai. Tepat ketika Delisa bisa melewati ujian pertama kebolak-baliknya, Lhok Nga bergetar terbolak-balik. Gelas tempat meletakkan bunga segar di atas meja bu guru Nur jatuh. Pecah berserakan di lantai, satu beling menggores lengan Delisa. Menembus bajunya. Delisa mengaduh. Umi dan ibu-ibu berteriak di luar. Anak-anak berhamburan berlarian. Berebutan keluar dari daun pintu. Situasi menjadi panik. Kacau balau. "GEMPAR"! "Innashalati, wanusuki, wa-ma... wa-ma... wa-ma-yah-ya, wa-ma-ma-ti..." Delisa gemetar mengulang bacaannya yang tergantung tadi. Ya Allah, Delisa takut... Delisa gentar sekali. Apalagi lengannya berdarah membasahi baju putihnya. Menyemburat merah.
Tapi bukankah kata Ustadz Rahman, sahabat Rasul bahkan tetap tak bergerak saat sholat ketika punggungnya digigit kalajengking? Delisa ingin untuk pertama kalinya ia sholat, untuk pertama kalinya ia bisa membaca bacaan sholat dengan sempurna, Delisa ingin seperti sahabat Rasul. Delisa ingin khusyuk, ya Allah... Gelombang itu menyentuh tembok sekolah. Ujung air menghantam tembok sekolah. Tembok itu rekah seketika. Ibu Guru Nur berteriak panik. Umi yang berdiri di depan pintu kelas menunggui Delisa, berteriak keras ... SUBHANALLAH! Delisa sama sekali tidak mempedulikan apa yang terjadi. Delisa ingin khusyuk.
"Allahu-ak-bar"
Delisa sujud, belum sempat membaca bacaan sujudnya, tubuh Delisa terpelanting. Gelombang tsunami sempurna sudah membungkusnya. Delisa tetap tak bergeming, berusaha melanjutkan bacaan shalatnya. Namun, ombak tsunami itu sudah terlebih dulu menyeretnya. Delisa berusaha bernapas, ia tak bisa berenang. Pasrah.
Ibu guru Nur melepas kerudung sobeknya, mengikat Delisa yang sudah pingsan keatas sebuah papan kecil, diikat sekuat mungkin. Menghela napas, mulai melepas perlahan papan kecil itu, membiarkan papan itu membawa Delisa, menghela napas penuh arti, 'kau harus menyelesaikannya, sayaang.." Ibu guru Nur siap menjemput syahid-nya.
***
Seminggu berlalu, Delisa ditemukan salah seorang prajurit marinir AS, prajurit Smith. Prajurit Smith menapat nanar Delisa, ya Allah, bahkan Delisa lebih mengenaskan dari mayat Tiur yang hanya berjarak beberapa meter dari Delisa.
Delisa tersangkut disemak belukar yang sedang berbunga, bunganya putih kecil kecil. Indah.
***
Delisa sadar, mengerjap-ngerjapkan matanya. Silau. Matanya menatap nanar lampu diatasnya. Menatap ibu ibu disamping ranjangnya, berkata pelan, "di-ma-na.?"
Suster Sophi bergegas ke kamar Delisa, tersenyum bersama dokter Eli. Memeriksa keadaan Delisa. Bercerita banyak hal. Delisa tersenyum. Saat Sophi bercerita, ia ingat. Ia keluar sebentar mengambil kertas formulir. Memberikan kepada Delisa. Delisa ingat, kak Fatimah pernah bercerita, kertas itu harus diisi sesuai dengan hoby, cita cita, nama orang tua, warna kesukaan,dan lainnya. Delisa menulis Kak Fatimah, Kak Aisyah dan kak Zahra, ummi, abi(walau yang ditulis ya umi dan abi), Tiur, dan lainnya. (Oh ya, prajurit Smith menjadi mu'alaf dan berganti nama menjadi Salam.)
Salam sebenarnya ingin mengadopsi Delisa jika memang sudah tak memiliki orang yang ia sayangi, tapi, itulah manfaat formulir itu,abi datang menemui Delisa. Delisa berseru senang "abii.."
Delisa bercerita banyak hal 'abi, gigi..gigi Delisa copot dua bii.. Kaki Delisa dipotong bii... Abiii.. maaf ya bi, Delisa menyesal tak belajar berenang dengan abi." Abi tersentuh. "Oh ya bi, umi mana.?" abi menggeleng, "Kak Fatimah.? kak Aisyah.? kak Zahra.?"
bagai panah yang menancap masuk ke dalam hati, abi menggeleng pasrah, "umi belum ditemukan, kak Fatimah, kak Aisyah dan kak Zahra sudah meninggal." Delisa sedih, mendengar kata kematian. Langsung banting setir pembicaraan.
3 minggu Delisa dirawat di Kapal Induk, Delisa diijinkan pulang. Tinggal beberapa saat di tenda darurat. Lalu tinggal di rumahnya yang baru dibangun, sederhana.
***
Setiap minggu Delisa ke pemakaman massal, membuat nisan untuk ketiga kakaknya, lalu meletakkan mawar itu. Ia mengadu banyak hal, tentang cokelatnya, tentang kesehariannya, tentang sekolah barunya, pokoknya segala hal.
Delisa juga bercerita, bahwa ia belum bisa manghafal hafalan shalatnya,padahal ia selalu berusaha menghafal.
Minggu itu Delisa bertemu Umam, Delisa membagi cokelat yang baru diberi suster Sophi. Umam menggigit cokelatnya, abi Umam berlari lari kecil mendekat ke arah mereka. "Umam, ummi ketemu nak. Ayo pulang." Umam pulang meninggalkan Delisa sendiri. Delisa mengutuk semuanya. Semua tidak benar, kata Ibu Guru Nur, Ustad Rahman, Abi, Umi, semuanya salah. Bukankah selama ini Delisa selalu sabar.? sedangkan Umam, Umam sering mengganggu Delisa, melemparinya pasir. Lalu mengapa bukan Delisa yang dapat umminya.? Delisa jatuh, kurknya menimpa kepalanya.
***
Delisa benci semuanya, Delisa benci ustad Rahman, Delisa benci ibu guru Nur, semua bohong. Delisa seketika jatuh sakit. Suhu badannya panas sekali. Abi panik, langsung membawa ke rumah sakit darurat.saat tidur tenang, mimpi itu datang. Mimpi terakhirnya. Mimpi yang membuka hatinya. Hati yang sebelumnya benci semuanya, perlahan jatuh menunduk.
'Ya Allah, Delisa jahat.Delisa lebih jahat ketimbang umam. Delisa berani bohongin perintahMu hanya demi seuntai kalung, hanya demi sepada. Delisa menangis. Tidak,sekarang Delisa hanya inginshalat khusyuk untuk mendo'akan ummi, ketiga kakaknya, semuanya.
***
Delisa pulang,pulang kerumah. Ada pesta kecil dirumahnya. Banyak manisan, yang beda dari pesta perkawinan hanya uang receh yang dilempar. Salah satu kakak kakak relawan memberi Delisa sebuah Delisa hadiah. Semua bersorak 'Bukaa..bukaa..bukaa.."
Delisa segera membukanya, ternyata isinya kaki palsu dari dokter Eli, baru datang tadi pagi. Kakak kakak relawan memasangnya. Delisa senang.
Dan mulai saat itu, hafalan shalatnya seperti berbicara kepadanya. Delisa mudah sekali menghafalnya.
Sabtu sore, 21 Mei 2005 kak Ubai mengajak Delisa dan kawan kawan pergi ke bukit Lok Nga. Di sana kak Ubai mengajak anak anak menggurat 'ummi' mereka masing masing di atas pasir yang ditaruh di ember plastik. Lalu shalat ashar berjama'ah. Delisa membaca bacaan shalatnya sempurna.! tidak terbolah balik seperti biasa. Delisa menangis menyadari itu. Bahagia. Melanjutkan menggurat wajah ummi. Setelah pukul lima, semua berkemas. Delisa minta ijin mencuci tangan di sungai kecil. Saat membasuh mukanya, ada burung belibis terbang tepat diatas kepala Delisa. Saat mengikuti arah terbang burung Belibis itu, Delisa menangkap sosok tulang putih, semprurna kerangka manusia, ada kalung berbandul huruf D ditangannya, Delisa ingat; D untuk Delisa.
Delisa mendekat, Berseru tertahaan, "Ummmmiiiiiii.."
Seribu malaikat bertasbih memujiNya. Lantas berputar putarmengelilingi Lok Nga. Kembali ke Arasy-Nya. Urusan ini sudah selesai.
daftar pustaka : Liye, Tere. 2010. Hafalan Shalat Delisa. Jakarta: Penerbit Republika.
Ulfa, Ummu Mumfaridoh (2010) NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE-LIYE. Skripsi thesis, Univerversitas Muhammadiyah Surakarta.
Selasa, 08 November 2011
" Ragam Dan Fungsi Bahasa Indonesia "
Ragam Bahasa Indonesia
Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan menurut hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicaraan.
MACAM-MACAM RAGAM BAHASA
1.Ragam baku adalah ragam bahasa yang oleh penuturnya dipandang sebagai ragam yang baik. Ragam ini biasa dipakai dalam kalangan terdidik, karya ilmiah, suasana resmi, atau surat resmi.
2.Ragam cakapan (ragam akrab) adalah ragam bahasa yang dipakai apabila pembicara menganggap kawan bicara sebagai sesama, lebih muda, lebih rendah statusnya atau apabila topik pembicara bersifat tidak resmi.
3.Ragam hormat adalah ragam bahasa yang dipakai apabila lawan bicara orang yang dihormati, misalnya orang tua dan atasan.
4.Ragam kasar adalah ragam bahasa yang digunakan dalam pemakaian tidak resmi di kalangan orang yang saling mengenal.
5.Ragam lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman.
6.Ragam resmi adalah ragam bahasa yang dipakai dalam suasana resmi.
7.Ragam tulis adalah ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai pada sasaran secara visual.
Macam-macam ragam bahasa yang disebutkan diatas dapat dibedakan lagi menjadi sebagai berikut :
1. Berdasarkan pokok pembicaraan :
Ragam bahasa undang-undang
Ragam bahasa jurnalistik
Ragam bahasa ilmiah
Ragam bahasa sastra
2. Berdasarkan media pembicaraan :
a. Ragam lisan yang antara lain meliputi:
Ragam bahasa cakapan
Ragam bahasa pidato
Ragam bahasa kuliah
Ragam bahasa panggung
Ciri-ciri ragam bahasa lisan
Adanya lawan bicara
Terikat waktu dan ruang
Dapat dibantu dengan mimik muka/wajah, intonasi, dan gerakan anggota tubuh
Unsur-unsur dramatika biasanya dinyatakan dihilangkan atau tidak lengkap
b. Ragam tulis yang antara lain meliputi:
Ragam bahasa teknis
Ragam bahasa undang-undang
Ragam bahasa catatan
Ragam bahasa surat
Ciri-ciri ragam bahasa tulis :
Tidak mengharuskan kedatangan/kehadiran pembaca
Diperlukan ejaan atau tanda baca Kalimat ditulis secara lengkap
Komunikasi resmi
Wacana teknis
Pembicaraan di depan khalayak ramai
Pembicaraan dengan orang yang dihormati
3. Ragam bahasa menurut hubungan antarpembicara, dibedakan menurut akrab tidaknya pembicara
Ragam bahasa resmi
Ragam bahasa akrab
Ragam bahasa agak resmi
Ragam bahasa santai
dan sebagainya
Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya keragaman bahasa, diantaranya :
Faktor Budaya atau letak Geografis
Faktor Ilmu pengetahuan
Faktor Sejarah
Pengertian Bahasa, Ragam Bahasa, Fungsi Bahasa adalah pemahaman dasar dalam memahami bahasa. Dalam memahami Bahasa Indonesia, kita juga perlu memahami hel-hal tersebut, sehingga pemahaman kita dalam memahami bahasa Indonesia, bisa lebih mendalam dan dapat mengaplikasikan dengan baik.
Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah, aturan dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk dan tata kalimat. Agar komunikasi yang dilakukan berjalan lancar dengan baik, penerima dan pengirim bahasa harus harus menguasai bahasanya.
Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama dan identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder. Arbitrer yaitu tidak adanya hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya.
Fungsi Bahasa Dalam Masyarakat :
1. Alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia.
2. Alat untuk bekerja sama dengan sesama manusia.
3. Alat untuk mengidentifikasi diri.
salah satu alat
yang paling sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis.
Begitu dekatnya kita kepada bahasa, terutama bahasa Indonesia, sehingga tidak
dirasa perlu untuk mendalami dan mempelajari bahasa Indonesia secara lebih jauh.
Akibatnya, sebagai pemakai bahasa, orang Indonesia tidak terampil menggunakan
bahasa. Suatu kelemahan yang tidak disadari.
Komunikasi lisan atau nonstandar yang sangat praktis menyebabkan kita
tidak teliti berbahasa. Akibatnya, kita mengalami kesulitan pada saat akan
menggunakan bahasa tulis atau bahasa yang lebih standar dan teratur. Pada saat
dituntut untuk berbahasa’ bagi kepentingan yang lebih terarah dengan maksud
tertentu, kita cenderung kaku. Kita akan berbahasa secara terbata-bata atau
mencampurkan bahasa standar dengan bahasa nonstandar atau bahkan,
mencampurkan bahasa atau istilah asing ke dalam uraian kita. Padahal, bahasa
bersifat sangat luwes, sangat manipulatif. Kita selalu dapat memanipulasi bahasa
untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Lihat saja, bagaimana pandainya
orang-orang berpolitik melalui bahasa. Kita selalu dapat memanipulasi bahasa
untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Agar dapat memanipulasi bahasa, kita harus
mengetahui fungsi-fungsi bahasa.
Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan
berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri,
sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan
beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk
melakukan kontrol sosial .
Derasnya arus globalisasi di dalam kehidupan kita akan berdampak pula pada
perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan
dan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam era
globalisasi itu, bangsa Indonesia mau tidak mau harus ikut berperan di dalam dunia 5
persaingan bebas, baik di bidang politik, ekonomi, maupun komunikasi.
Konsep-konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek) secara tidak langsung memperkaya khasanah
bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk budaya akan tumbuh dan
berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi itu, termasuk bahasa Indonesia, yang dalam itu,
sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan
dan perkembangan iptek itu.
tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia) iptek tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa Indonesia di dalam struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda,yaitu sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar,menjadikan bahasa sebagai prasarana berfikir modern. Oleh karena itu, jika cermat dalam menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berfikir karena bahasa
merupakan cermin dari daya nalar (pikiran).Hasil pendayagunaan daya nalar itu sangat bergantung pada ragam bahasa yang digunakan. Pembiasaan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar
akan menghasilkan buah pemikiran yang baik dan benar pula. Kenyataan bahwa bahasa Indonesia sebagai wujud identitas bahasa Indonesia menjadi sarana komunikasi di dalam masyarakat modern. Bahasa Indonesia bersikap luwes sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai sarana komunikasi masyarakat modern.
4.1 Bahasa sebagai Alat Ekspresi Diri
Pada awalnya, seorang anak menggunakan bahasa untuk mengekspresikan kehendaknya atau perasaannya pada sasaran yang tetap, yakni ayah-ibunya. Dalam perkembangannya, seorang anak tidak lagi menggunakan bahasa hanya untuk mengekspresikan kehendaknya, melainkan juga untuk berkomunikasi dengan lingkungan di sekitarnya. Setelah kita dewasa, kita menggunakan bahasa, baik untuk mengekspresikan diri maupun untuk berkomunikasi. Seorang penulis mengekspresikan dirinya melalui tulisannya. Sebenarnya, sebuah karya ilmiah pun adalah sarana pengungkapan diri seorang ilmuwan untuk menunjukkan kemampuannya dalam sebuah bidang ilmu tertentu. Jadi, kita dapat menulis untuk
mengekspresikan diri kita atau untuk mencapai tujuan tertentu.Sebagai contoh lainnya, tulisan kita dalam sebuah buku, merupakan hasil ekspresi diri kita. Pada saat kita menulis, kita tidak memikirkan siapa pembaca kita. Kita hanya menuangkan isi hati dan perasaan kita tanpa memikirkan apakah tulisan itu dipahami orang lain atau tidak. Akan tetapi, pada saat kita menulis surat
kepada orang lain, kita mulai berpikir kepada siapakah surat itu akan ditujukan. Kita memilih cara berbahasa yang berbeda kepada orang yang kita hormati dibandingkan dengan cara berbahasa kita kepada teman kita.Pada saat menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan diri, si
pemakai bahasa tidak perlu mempertimbangkan atau memperhatikan siapa yang menjadi pendengarnya, pembacanya, atau khalayak sasarannya. Ia menggunakan bahasa hanya untuk kepentingannya pribadi. Fungsi ini berbeda dari fungsi berikutnya, yakni bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi. Sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada kita, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan keberadaan kita. Unsur-unsur yang mendorong ekspresi diri antara
lain :
- agar menarik perhatian orang lain terhadap kita,
- keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi
Pada taraf permulaan, bahasa pada anak-anak sebagian berkembang sebagai alat untuk menyatakan dirinya sendiri .
4.2 Bahasa sebagai Alat Komunikasi
Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain. Dengan komunikasi pula kita mempelajari dan mewarisi 7 semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita, serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang sezaman dengan kita. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita ). Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan gagasan yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain.Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita.
Pada saat kita menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, antara lain kita juga mempertimbangkan apakah bahasa yang kita gunakan laku untuk dijual. Oleh karena itu, seringkali kita mendengar istilah “bahasa yang komunikatif”. Misalnya, kata makro hanya dipahami oleh orang-orang dan tingkat pendidikan tertentu, namun kata besar atau luas lebih mudah dimengerti oleh masyarakat umum. Kata griya, misalnya, lebih sulit dipahami dibandingkan kata rumah atau wisma.
Dengan kata lain, kata besar, luas, rumah, wisma, dianggap lebih komunikatif karena bersifat lebih umum. Sebaliknya, kata-kata griya atau makro akan memberi nuansa lain pada bahasa kita, misalnya, nuansa keilmuan, nuansa intelektualitas, atau nuansa tradisional. Bahasa sebagai alat ekspresi diri dan sebagai alat komunikasi sekaligus pula merupakan alat untuk menunjukkan identitas diri. Melalui bahasa, kita dapat menunjukkan sudut pandang kita, pemahaman kita atas suatu hal, asal usul bangsa dan negara kita, pendidikan kita, bahkan sifat kita. Bahasa menjadi cermin diri kita, baik sebagai bangsa maupun sebagai diri sendiri.
4.3 Bahasa sebagai Alat Integrasi dan Adaptasi Sosial Bahasa disamping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan
mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu, serta belajar berkenalan dengan orang-orang lain. Anggota-anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan secara efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan dengan
menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya. Ia memungkinkan integrasi (pembauran) yang sempurna bagi tiap individu dengan masyarakatnya.
Cara berbahasa tertentu selain berfungsi sebagai alat komunikasi, berfungsi pula sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial. Pada saat kita beradaptasi kepada lingkungan sosial tertentu, kita akan memilih bahasa yang akan kita gunakan bergantung pada situasi dan kondisi yang kita hadapi. Kita akan menggunakan bahasa yang berbeda pada orang yang berbeda. Kita akan menggunakan bahasa yang nonstandar di lingkungan teman-teman dan menggunakan bahasa standar
pada orang tua atau orang yang kita hormati. Pada saat kita mempelajari bahasa asing, kita juga berusaha mempelajari
bagaimana cara menggunakan bahasa tersebut. Misalnya, pada situasi apakah kita akan menggunakan kata tertentu, kata manakah yang sopan dan tidak sopan. Bilamanakah kita dalam berbahasa Indonesia boleh menegur orang dengan kata Kamu atau Saudara atau Bapak atau Anda? Bagi orang asing, pilihan kata itu penting agar ia diterima di dalam lingkungan pergaulan orang Indonesia. Jangan sampai ia menggunakan kata kamu untuk menyapa seorang pejabat. Demikian pula
jika kita mempelajari bahasa asing. Jangan sampai kita salah menggunakan tata cara berbahasa dalam budaya bahasa tersebut. Dengan menguasai bahasa suatu bangsa, kita dengan mudah berbaur dan menyesuaikan diri dengan bangsa tersebut.
4.4 Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial
Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif. Kontrol sosial ini dapat
diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada masyarakat. Berbagai penerangan,
informasi, maupun pendidikan disampaikan melalui bahasa. Buku-buku pelajaran
dan buku-buku instruksi adalah salah satu contoh penggunaan bahasa sebagai alat
kontrol sosial.
Ceramah agama atau dakwah merupakan contoh penggunaan bahasa sebagai
alat kontrol sosial. Lebih jauh lagi, orasi ilmiah atau politik merupakan alat kontrol
sosial. Kita juga sering mengikuti diskusi atau acara bincang-bincang (talk show) di
televisi dan radio. Iklan layanan masyarakat atau layanan sosial merupakan salah
satu wujud penerapan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Semua itu merupakan
kegiatan berbahasa yang memberikan kepada kita cara untuk memperoleh
pandangan baru, sikap baru, perilaku dan tindakan yang baik. Di samping itu, kita
belajar untuk menyimak dan mendengarkan pandangan orang lain mengenai suatu
hal.
Contoh fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial yang sangat mudah kita
terapkan adalah sebagai alat peredam rasa marah. Menulis merupakan salah satu
cara yang sangat efektif untuk meredakan rasa marah kita. Tuangkanlah rasa
dongkol dan marah kita ke dalam bentuk tulisan. Biasanya, pada akhirnya, rasa
marah kita berangsur-angsur menghilang dan kita dapat melihat persoalan secara
lebih jelas dan tenang.
5. Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar
Bahasa bukan sekedar alat komunikasi, bahasa itu bersistem. Oleh karena
itu, berbahasa bukan sekedar berkomunikasi, berbahasa perlu menaati kaidah atau
aturan bahasa yang berlaku.
Ungkapan “Gunakanlah Bahasa Indonesia dengan baik dan benar.” Kita
tentu sudah sering mendengar dan membaca ungkapan tersebut. Permasalahannya
adalah pengertian apa yang terbentuk dalam benak kita ketika mendengar
ungkapan tersebut? Apakah sebenarnya ungkapan itu? Apakah yang dijadikan alat
ukur (kriteria) bahasa yang baik? Apa pula alat ukur bahasa yang benar? 10
5.1 Bahasa yang Baik
Penggunaan bahasa dengan baik menekankan aspek komunikatif bahasa. Hal
itu berarti bahwa kita harus memperhatikan sasaran bahasa kita. Kita harus
memperhatikan kepada siapa kita akan menyampaikan bahasa kita. Oleh sebab itu,
unsur umur, pendidikan, agama, status sosial, lingkungan sosial, dan sudut
pandang khalayak sasaran kita tidak boleh kita abaikan. Cara kita berbahasa
kepada anak kecil dengan cara kita berbahasa kepada orang dewasa tentu berbeda.
Penggunaan bahasa untuk lingkungan yang berpendidikan tinggi dan
berpendidikan rendah tentu tidak dapat disamakan. Kita tidak dapat menyampaikan
pengertian mengenai jembatan, misalnya, dengan bahasa yang sama kepada
seorang anak SD dan kepada orang dewasa. Selain umur yang berbeda, daya serap
seorang anak dengan orang dewasa tentu jauh berbeda.
Lebih lanjut lagi, karena berkaitan dengan aspek komunikasi, maka
unsur-unsur komunikasi menjadi penting, yakni pengirim pesan, isi pesan, media
penyampaian pesan, dan penerima pesan. Mengirim pesan adalah orang yang akan
menyampaikan suatu gagasan kepada penerima pesan, yaitu pendengar atau
pembacanya, bergantung pada media yang digunakannya. Jika pengirim pesan
menggunakan telepon, media yang digunakan adalah media lisan. Jika ia
menggunakan surat, media yang digunakan adalah media tulis. Isi pesan adalah
gagasan yang ingin disampaikannya kepada penerima pesan.
Marilah kita gunakan contoh sebuah majalah atau buku. Pengirim pesan dapat
berupa penulis artikel atau penulis cerita, baik komik, dongeng, atau narasi. Isi
pesan adalah permasalahan atau cerita yang ingin disampaikan atau dijelaskan.
Media pesan merupakan majalah, komik, atau buku cerita. Semua bentuk tertulis
itu disampaikan kepada pembaca yang dituju. Cara artikel atau cerita itu
disampaikan tentu disesuaikan dengan pembaca yang dituju. Berarti, dalam
pembuatan tulisan itu akan diperhatikan jenis permasalahan, jenis cerita, dan
kepada siapa tulisan atau cerita itu ditujukan. 11
5.2 Bahasa yang Benar
Bahasa yang benar berkaitan dengan aspek kaidah, yakni peraturan bahasa.
Berkaitan dengan peraturan bahasa, ada empat hal yang harus diperhatikan, yaitu
masalah tata bahasa, pilihan kata, tanda baca, dan ejaan. Pengetahuan atas tata
bahasa dan pilihan kata, harus dimiliki dalam penggunaan bahasa lisan dan tulis.
Pengetahuan atas tanda baca dan ejaan harus dimiliki dalam penggunaan bahasa
tulis. Tanpa pengetahuan tata bahasa yang memadai, kita akan mengalami kesulitan
dalam bermain dengan bahasa.
Kriteria yang digunakan untuk melihat penggunaan bahasa yang benar
adalah kaidah bahasa. Kaidah ini meliputi aspek (1) tata bunyi (fonologi), (2)tata
bahasa (kata dan kalimat), (3) kosa kata (termasuk istilah), (4), ejaan, dan (5)
makna. Pada aspek tata bunyi, misalnya kita telah menerima bunyi f, v dan z. Oleh
karena itu, kata-kata yang benar adalah fajar, motif, aktif, variabel, vitamin,
devaluasi, zakat, izin, bukan pajar, motip, aktip, pariabel, pitamin, depaluasi, jakat,
ijin. Masalah lafal juga termasuk aspek tata bumi. Pelafalan yang benar adalah
kompleks, transmigrasi, ekspor, bukan komplek, tranmigrasi, ekspot.
Pada aspek tata bahasa, mengenai bentuk kata misalnya, bentuk yang benar
adalah ubah, mencari, terdesak, mengebut, tegakkan, dan pertanggungjawaban,
bukan obah, robah, rubah, nyari, kedesak, ngebut, tegakan dan pertanggung
jawaban. Dari segi kalimat pernyataan di bawah ini tidak benar karena tidak
mengandung subjek. Kalimat mandiri harus mempunyai subjek, predikat atau dan
objek.
(1) Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa jumlah wanita lebih banyak
daripada jumlah pria.
Jika kata pada yang mengawali pernyataan itu ditiadakan, unsur tabel di
atas menjadi subjek. Dengan demikian, kalimat itu benar. Pada aspek kosa kata,
kata-kata seperti bilang, kasih, entar dan udah lebih baik diganti dengan
berkata/mengatakan, memberi, sebentar, dan sudah dalam penggunaan bahasa
yang benar. Dalam hubungannya dengan peristilahan, istilah dampak (impact),
bandar udara, keluaran (output), dan pajak tanah (land tax) dipilih sebagai istilah
yang benar daripada istilah pengaruh, pelabuhan udara, hasil, dan pajak bumi. Dari 12
segi ejaan, penulisan yang benar adalah analisis, sistem, objek, jadwal, kualitas,
dan hierarki. Dari segi maknanya, penggunaan bahasa yang benar bertalian dengan
ketepatan menggunakan kata yang sesuai dengan tuntutan makna. Misalnya dalam
bahasa ilmu tidak tepat jika digunakan kata yang sifatnya konotatif (kiasan). Jadi
penggunaan bahasa yang benar adalah penggunaan bahasa yang sesuai dengan
kaidah bahasa.
Kriteria penggunaan bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam
bahasa yang sesuai dengan kebutuhan komunikasi. Pemilihan ini bertalian dengan
topik yang dibicarakan, tujuan pembicaraan, orang yang diajak berbicara (kalau
lisan) atau pembaca (jika tulis), dan tempat pembicaraan. Selain itu, bahasa yang
baik itu bernalar, dalam arti bahwa bahasa yang kita gunakan logis dan sesuai
dengan tata nilai masyarakat kita. Penggunaan bahasa yang benar tergambar dalam
penggunaan kalimat-kalimat yang gramatikal, yaitu kalimat-kalimat yang
memenuhi kaidah tata bunyi (fonologi), tata bahasa, kosa kata, istilah, dan ejaan.
Penggunaan bahasa yang baik terlihat dari penggunaan kalimat-kalimat yang
efektif, yaitu kalimat-kalimat yang dapat menyampaikan pesan/informasi secara
tepat.
Berbahasa dengan baik dan benar tidak hanya menekankan kebenaran
dalam hal tata bahasa, melainkan juga memperhatikan aspek komunikatif. Bahasa
yang komunikatif tidak selalu hanus merupakan bahasa standar. Sebaliknya,
penggunaan bahasa standar tidak selalu berarti bahwa bahasa itu baik dan benar.
Sebaiknya, kita menggunakan ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan
disamping itu mengikuti kaidah bahasa yang benar.
Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan menurut hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicaraan.
MACAM-MACAM RAGAM BAHASA
1.Ragam baku adalah ragam bahasa yang oleh penuturnya dipandang sebagai ragam yang baik. Ragam ini biasa dipakai dalam kalangan terdidik, karya ilmiah, suasana resmi, atau surat resmi.
2.Ragam cakapan (ragam akrab) adalah ragam bahasa yang dipakai apabila pembicara menganggap kawan bicara sebagai sesama, lebih muda, lebih rendah statusnya atau apabila topik pembicara bersifat tidak resmi.
3.Ragam hormat adalah ragam bahasa yang dipakai apabila lawan bicara orang yang dihormati, misalnya orang tua dan atasan.
4.Ragam kasar adalah ragam bahasa yang digunakan dalam pemakaian tidak resmi di kalangan orang yang saling mengenal.
5.Ragam lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman.
6.Ragam resmi adalah ragam bahasa yang dipakai dalam suasana resmi.
7.Ragam tulis adalah ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai pada sasaran secara visual.
Macam-macam ragam bahasa yang disebutkan diatas dapat dibedakan lagi menjadi sebagai berikut :
1. Berdasarkan pokok pembicaraan :
Ragam bahasa undang-undang
Ragam bahasa jurnalistik
Ragam bahasa ilmiah
Ragam bahasa sastra
2. Berdasarkan media pembicaraan :
a. Ragam lisan yang antara lain meliputi:
Ragam bahasa cakapan
Ragam bahasa pidato
Ragam bahasa kuliah
Ragam bahasa panggung
Ciri-ciri ragam bahasa lisan
Adanya lawan bicara
Terikat waktu dan ruang
Dapat dibantu dengan mimik muka/wajah, intonasi, dan gerakan anggota tubuh
Unsur-unsur dramatika biasanya dinyatakan dihilangkan atau tidak lengkap
b. Ragam tulis yang antara lain meliputi:
Ragam bahasa teknis
Ragam bahasa undang-undang
Ragam bahasa catatan
Ragam bahasa surat
Ciri-ciri ragam bahasa tulis :
Tidak mengharuskan kedatangan/kehadiran pembaca
Diperlukan ejaan atau tanda baca Kalimat ditulis secara lengkap
Komunikasi resmi
Wacana teknis
Pembicaraan di depan khalayak ramai
Pembicaraan dengan orang yang dihormati
3. Ragam bahasa menurut hubungan antarpembicara, dibedakan menurut akrab tidaknya pembicara
Ragam bahasa resmi
Ragam bahasa akrab
Ragam bahasa agak resmi
Ragam bahasa santai
dan sebagainya
Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya keragaman bahasa, diantaranya :
Faktor Budaya atau letak Geografis
Faktor Ilmu pengetahuan
Faktor Sejarah
Pengertian Bahasa, Ragam Bahasa, Fungsi Bahasa adalah pemahaman dasar dalam memahami bahasa. Dalam memahami Bahasa Indonesia, kita juga perlu memahami hel-hal tersebut, sehingga pemahaman kita dalam memahami bahasa Indonesia, bisa lebih mendalam dan dapat mengaplikasikan dengan baik.
Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah, aturan dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk dan tata kalimat. Agar komunikasi yang dilakukan berjalan lancar dengan baik, penerima dan pengirim bahasa harus harus menguasai bahasanya.
Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama dan identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder. Arbitrer yaitu tidak adanya hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya.
Fungsi Bahasa Dalam Masyarakat :
1. Alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia.
2. Alat untuk bekerja sama dengan sesama manusia.
3. Alat untuk mengidentifikasi diri.
salah satu alat
yang paling sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis.
Begitu dekatnya kita kepada bahasa, terutama bahasa Indonesia, sehingga tidak
dirasa perlu untuk mendalami dan mempelajari bahasa Indonesia secara lebih jauh.
Akibatnya, sebagai pemakai bahasa, orang Indonesia tidak terampil menggunakan
bahasa. Suatu kelemahan yang tidak disadari.
Komunikasi lisan atau nonstandar yang sangat praktis menyebabkan kita
tidak teliti berbahasa. Akibatnya, kita mengalami kesulitan pada saat akan
menggunakan bahasa tulis atau bahasa yang lebih standar dan teratur. Pada saat
dituntut untuk berbahasa’ bagi kepentingan yang lebih terarah dengan maksud
tertentu, kita cenderung kaku. Kita akan berbahasa secara terbata-bata atau
mencampurkan bahasa standar dengan bahasa nonstandar atau bahkan,
mencampurkan bahasa atau istilah asing ke dalam uraian kita. Padahal, bahasa
bersifat sangat luwes, sangat manipulatif. Kita selalu dapat memanipulasi bahasa
untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Lihat saja, bagaimana pandainya
orang-orang berpolitik melalui bahasa. Kita selalu dapat memanipulasi bahasa
untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Agar dapat memanipulasi bahasa, kita harus
mengetahui fungsi-fungsi bahasa.
Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan
berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri,
sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan
beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk
melakukan kontrol sosial .
Derasnya arus globalisasi di dalam kehidupan kita akan berdampak pula pada
perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan
dan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam era
globalisasi itu, bangsa Indonesia mau tidak mau harus ikut berperan di dalam dunia 5
persaingan bebas, baik di bidang politik, ekonomi, maupun komunikasi.
Konsep-konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek) secara tidak langsung memperkaya khasanah
bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk budaya akan tumbuh dan
berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi itu, termasuk bahasa Indonesia, yang dalam itu,
sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan
dan perkembangan iptek itu.
tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia) iptek tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa Indonesia di dalam struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda,yaitu sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar,menjadikan bahasa sebagai prasarana berfikir modern. Oleh karena itu, jika cermat dalam menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berfikir karena bahasa
merupakan cermin dari daya nalar (pikiran).Hasil pendayagunaan daya nalar itu sangat bergantung pada ragam bahasa yang digunakan. Pembiasaan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar
akan menghasilkan buah pemikiran yang baik dan benar pula. Kenyataan bahwa bahasa Indonesia sebagai wujud identitas bahasa Indonesia menjadi sarana komunikasi di dalam masyarakat modern. Bahasa Indonesia bersikap luwes sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai sarana komunikasi masyarakat modern.
4.1 Bahasa sebagai Alat Ekspresi Diri
Pada awalnya, seorang anak menggunakan bahasa untuk mengekspresikan kehendaknya atau perasaannya pada sasaran yang tetap, yakni ayah-ibunya. Dalam perkembangannya, seorang anak tidak lagi menggunakan bahasa hanya untuk mengekspresikan kehendaknya, melainkan juga untuk berkomunikasi dengan lingkungan di sekitarnya. Setelah kita dewasa, kita menggunakan bahasa, baik untuk mengekspresikan diri maupun untuk berkomunikasi. Seorang penulis mengekspresikan dirinya melalui tulisannya. Sebenarnya, sebuah karya ilmiah pun adalah sarana pengungkapan diri seorang ilmuwan untuk menunjukkan kemampuannya dalam sebuah bidang ilmu tertentu. Jadi, kita dapat menulis untuk
mengekspresikan diri kita atau untuk mencapai tujuan tertentu.Sebagai contoh lainnya, tulisan kita dalam sebuah buku, merupakan hasil ekspresi diri kita. Pada saat kita menulis, kita tidak memikirkan siapa pembaca kita. Kita hanya menuangkan isi hati dan perasaan kita tanpa memikirkan apakah tulisan itu dipahami orang lain atau tidak. Akan tetapi, pada saat kita menulis surat
kepada orang lain, kita mulai berpikir kepada siapakah surat itu akan ditujukan. Kita memilih cara berbahasa yang berbeda kepada orang yang kita hormati dibandingkan dengan cara berbahasa kita kepada teman kita.Pada saat menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan diri, si
pemakai bahasa tidak perlu mempertimbangkan atau memperhatikan siapa yang menjadi pendengarnya, pembacanya, atau khalayak sasarannya. Ia menggunakan bahasa hanya untuk kepentingannya pribadi. Fungsi ini berbeda dari fungsi berikutnya, yakni bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi. Sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada kita, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan keberadaan kita. Unsur-unsur yang mendorong ekspresi diri antara
lain :
- agar menarik perhatian orang lain terhadap kita,
- keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi
Pada taraf permulaan, bahasa pada anak-anak sebagian berkembang sebagai alat untuk menyatakan dirinya sendiri .
4.2 Bahasa sebagai Alat Komunikasi
Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain. Dengan komunikasi pula kita mempelajari dan mewarisi 7 semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita, serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang sezaman dengan kita. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita ). Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan gagasan yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain.Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita.
Pada saat kita menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, antara lain kita juga mempertimbangkan apakah bahasa yang kita gunakan laku untuk dijual. Oleh karena itu, seringkali kita mendengar istilah “bahasa yang komunikatif”. Misalnya, kata makro hanya dipahami oleh orang-orang dan tingkat pendidikan tertentu, namun kata besar atau luas lebih mudah dimengerti oleh masyarakat umum. Kata griya, misalnya, lebih sulit dipahami dibandingkan kata rumah atau wisma.
Dengan kata lain, kata besar, luas, rumah, wisma, dianggap lebih komunikatif karena bersifat lebih umum. Sebaliknya, kata-kata griya atau makro akan memberi nuansa lain pada bahasa kita, misalnya, nuansa keilmuan, nuansa intelektualitas, atau nuansa tradisional. Bahasa sebagai alat ekspresi diri dan sebagai alat komunikasi sekaligus pula merupakan alat untuk menunjukkan identitas diri. Melalui bahasa, kita dapat menunjukkan sudut pandang kita, pemahaman kita atas suatu hal, asal usul bangsa dan negara kita, pendidikan kita, bahkan sifat kita. Bahasa menjadi cermin diri kita, baik sebagai bangsa maupun sebagai diri sendiri.
4.3 Bahasa sebagai Alat Integrasi dan Adaptasi Sosial Bahasa disamping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan
mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu, serta belajar berkenalan dengan orang-orang lain. Anggota-anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan secara efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan dengan
menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya. Ia memungkinkan integrasi (pembauran) yang sempurna bagi tiap individu dengan masyarakatnya.
Cara berbahasa tertentu selain berfungsi sebagai alat komunikasi, berfungsi pula sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial. Pada saat kita beradaptasi kepada lingkungan sosial tertentu, kita akan memilih bahasa yang akan kita gunakan bergantung pada situasi dan kondisi yang kita hadapi. Kita akan menggunakan bahasa yang berbeda pada orang yang berbeda. Kita akan menggunakan bahasa yang nonstandar di lingkungan teman-teman dan menggunakan bahasa standar
pada orang tua atau orang yang kita hormati. Pada saat kita mempelajari bahasa asing, kita juga berusaha mempelajari
bagaimana cara menggunakan bahasa tersebut. Misalnya, pada situasi apakah kita akan menggunakan kata tertentu, kata manakah yang sopan dan tidak sopan. Bilamanakah kita dalam berbahasa Indonesia boleh menegur orang dengan kata Kamu atau Saudara atau Bapak atau Anda? Bagi orang asing, pilihan kata itu penting agar ia diterima di dalam lingkungan pergaulan orang Indonesia. Jangan sampai ia menggunakan kata kamu untuk menyapa seorang pejabat. Demikian pula
jika kita mempelajari bahasa asing. Jangan sampai kita salah menggunakan tata cara berbahasa dalam budaya bahasa tersebut. Dengan menguasai bahasa suatu bangsa, kita dengan mudah berbaur dan menyesuaikan diri dengan bangsa tersebut.
4.4 Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial
Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif. Kontrol sosial ini dapat
diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada masyarakat. Berbagai penerangan,
informasi, maupun pendidikan disampaikan melalui bahasa. Buku-buku pelajaran
dan buku-buku instruksi adalah salah satu contoh penggunaan bahasa sebagai alat
kontrol sosial.
Ceramah agama atau dakwah merupakan contoh penggunaan bahasa sebagai
alat kontrol sosial. Lebih jauh lagi, orasi ilmiah atau politik merupakan alat kontrol
sosial. Kita juga sering mengikuti diskusi atau acara bincang-bincang (talk show) di
televisi dan radio. Iklan layanan masyarakat atau layanan sosial merupakan salah
satu wujud penerapan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Semua itu merupakan
kegiatan berbahasa yang memberikan kepada kita cara untuk memperoleh
pandangan baru, sikap baru, perilaku dan tindakan yang baik. Di samping itu, kita
belajar untuk menyimak dan mendengarkan pandangan orang lain mengenai suatu
hal.
Contoh fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial yang sangat mudah kita
terapkan adalah sebagai alat peredam rasa marah. Menulis merupakan salah satu
cara yang sangat efektif untuk meredakan rasa marah kita. Tuangkanlah rasa
dongkol dan marah kita ke dalam bentuk tulisan. Biasanya, pada akhirnya, rasa
marah kita berangsur-angsur menghilang dan kita dapat melihat persoalan secara
lebih jelas dan tenang.
5. Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar
Bahasa bukan sekedar alat komunikasi, bahasa itu bersistem. Oleh karena
itu, berbahasa bukan sekedar berkomunikasi, berbahasa perlu menaati kaidah atau
aturan bahasa yang berlaku.
Ungkapan “Gunakanlah Bahasa Indonesia dengan baik dan benar.” Kita
tentu sudah sering mendengar dan membaca ungkapan tersebut. Permasalahannya
adalah pengertian apa yang terbentuk dalam benak kita ketika mendengar
ungkapan tersebut? Apakah sebenarnya ungkapan itu? Apakah yang dijadikan alat
ukur (kriteria) bahasa yang baik? Apa pula alat ukur bahasa yang benar? 10
5.1 Bahasa yang Baik
Penggunaan bahasa dengan baik menekankan aspek komunikatif bahasa. Hal
itu berarti bahwa kita harus memperhatikan sasaran bahasa kita. Kita harus
memperhatikan kepada siapa kita akan menyampaikan bahasa kita. Oleh sebab itu,
unsur umur, pendidikan, agama, status sosial, lingkungan sosial, dan sudut
pandang khalayak sasaran kita tidak boleh kita abaikan. Cara kita berbahasa
kepada anak kecil dengan cara kita berbahasa kepada orang dewasa tentu berbeda.
Penggunaan bahasa untuk lingkungan yang berpendidikan tinggi dan
berpendidikan rendah tentu tidak dapat disamakan. Kita tidak dapat menyampaikan
pengertian mengenai jembatan, misalnya, dengan bahasa yang sama kepada
seorang anak SD dan kepada orang dewasa. Selain umur yang berbeda, daya serap
seorang anak dengan orang dewasa tentu jauh berbeda.
Lebih lanjut lagi, karena berkaitan dengan aspek komunikasi, maka
unsur-unsur komunikasi menjadi penting, yakni pengirim pesan, isi pesan, media
penyampaian pesan, dan penerima pesan. Mengirim pesan adalah orang yang akan
menyampaikan suatu gagasan kepada penerima pesan, yaitu pendengar atau
pembacanya, bergantung pada media yang digunakannya. Jika pengirim pesan
menggunakan telepon, media yang digunakan adalah media lisan. Jika ia
menggunakan surat, media yang digunakan adalah media tulis. Isi pesan adalah
gagasan yang ingin disampaikannya kepada penerima pesan.
Marilah kita gunakan contoh sebuah majalah atau buku. Pengirim pesan dapat
berupa penulis artikel atau penulis cerita, baik komik, dongeng, atau narasi. Isi
pesan adalah permasalahan atau cerita yang ingin disampaikan atau dijelaskan.
Media pesan merupakan majalah, komik, atau buku cerita. Semua bentuk tertulis
itu disampaikan kepada pembaca yang dituju. Cara artikel atau cerita itu
disampaikan tentu disesuaikan dengan pembaca yang dituju. Berarti, dalam
pembuatan tulisan itu akan diperhatikan jenis permasalahan, jenis cerita, dan
kepada siapa tulisan atau cerita itu ditujukan. 11
5.2 Bahasa yang Benar
Bahasa yang benar berkaitan dengan aspek kaidah, yakni peraturan bahasa.
Berkaitan dengan peraturan bahasa, ada empat hal yang harus diperhatikan, yaitu
masalah tata bahasa, pilihan kata, tanda baca, dan ejaan. Pengetahuan atas tata
bahasa dan pilihan kata, harus dimiliki dalam penggunaan bahasa lisan dan tulis.
Pengetahuan atas tanda baca dan ejaan harus dimiliki dalam penggunaan bahasa
tulis. Tanpa pengetahuan tata bahasa yang memadai, kita akan mengalami kesulitan
dalam bermain dengan bahasa.
Kriteria yang digunakan untuk melihat penggunaan bahasa yang benar
adalah kaidah bahasa. Kaidah ini meliputi aspek (1) tata bunyi (fonologi), (2)tata
bahasa (kata dan kalimat), (3) kosa kata (termasuk istilah), (4), ejaan, dan (5)
makna. Pada aspek tata bunyi, misalnya kita telah menerima bunyi f, v dan z. Oleh
karena itu, kata-kata yang benar adalah fajar, motif, aktif, variabel, vitamin,
devaluasi, zakat, izin, bukan pajar, motip, aktip, pariabel, pitamin, depaluasi, jakat,
ijin. Masalah lafal juga termasuk aspek tata bumi. Pelafalan yang benar adalah
kompleks, transmigrasi, ekspor, bukan komplek, tranmigrasi, ekspot.
Pada aspek tata bahasa, mengenai bentuk kata misalnya, bentuk yang benar
adalah ubah, mencari, terdesak, mengebut, tegakkan, dan pertanggungjawaban,
bukan obah, robah, rubah, nyari, kedesak, ngebut, tegakan dan pertanggung
jawaban. Dari segi kalimat pernyataan di bawah ini tidak benar karena tidak
mengandung subjek. Kalimat mandiri harus mempunyai subjek, predikat atau dan
objek.
(1) Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa jumlah wanita lebih banyak
daripada jumlah pria.
Jika kata pada yang mengawali pernyataan itu ditiadakan, unsur tabel di
atas menjadi subjek. Dengan demikian, kalimat itu benar. Pada aspek kosa kata,
kata-kata seperti bilang, kasih, entar dan udah lebih baik diganti dengan
berkata/mengatakan, memberi, sebentar, dan sudah dalam penggunaan bahasa
yang benar. Dalam hubungannya dengan peristilahan, istilah dampak (impact),
bandar udara, keluaran (output), dan pajak tanah (land tax) dipilih sebagai istilah
yang benar daripada istilah pengaruh, pelabuhan udara, hasil, dan pajak bumi. Dari 12
segi ejaan, penulisan yang benar adalah analisis, sistem, objek, jadwal, kualitas,
dan hierarki. Dari segi maknanya, penggunaan bahasa yang benar bertalian dengan
ketepatan menggunakan kata yang sesuai dengan tuntutan makna. Misalnya dalam
bahasa ilmu tidak tepat jika digunakan kata yang sifatnya konotatif (kiasan). Jadi
penggunaan bahasa yang benar adalah penggunaan bahasa yang sesuai dengan
kaidah bahasa.
Kriteria penggunaan bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam
bahasa yang sesuai dengan kebutuhan komunikasi. Pemilihan ini bertalian dengan
topik yang dibicarakan, tujuan pembicaraan, orang yang diajak berbicara (kalau
lisan) atau pembaca (jika tulis), dan tempat pembicaraan. Selain itu, bahasa yang
baik itu bernalar, dalam arti bahwa bahasa yang kita gunakan logis dan sesuai
dengan tata nilai masyarakat kita. Penggunaan bahasa yang benar tergambar dalam
penggunaan kalimat-kalimat yang gramatikal, yaitu kalimat-kalimat yang
memenuhi kaidah tata bunyi (fonologi), tata bahasa, kosa kata, istilah, dan ejaan.
Penggunaan bahasa yang baik terlihat dari penggunaan kalimat-kalimat yang
efektif, yaitu kalimat-kalimat yang dapat menyampaikan pesan/informasi secara
tepat.
Berbahasa dengan baik dan benar tidak hanya menekankan kebenaran
dalam hal tata bahasa, melainkan juga memperhatikan aspek komunikatif. Bahasa
yang komunikatif tidak selalu hanus merupakan bahasa standar. Sebaliknya,
penggunaan bahasa standar tidak selalu berarti bahwa bahasa itu baik dan benar.
Sebaiknya, kita menggunakan ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan
disamping itu mengikuti kaidah bahasa yang benar.
Selasa, 26 April 2011
Uang Receh-ODAP
UANG RECEH - ODAP (Online-based Data Assignment Program) penghasil uang.,.,.,.,!!!
“Kami Membutuhkan Bantuan Anda !
Kami membuka kesempatan bagi 200 orang di seluruh Indonesia yang berminat untuk mendapatkan gaji Rp. 2.000.000 hingga Rp. 10.000.000 per Bulan dengan bekerja paruh waktu dari rumah saja.”
Ini adalah sebuah program kerja di rumah yang menguntungkan dan memungkinkan Anda untuk mendapatkan bayaran uang tunai. Bila Anda bergabung, sebagai tanda terima kasih kami atas antusiasme Anda, kami akan langsung memberi bonus sebesar Rp 200.000,- pada account Anda.
untuk lebih jelasnya klik :: http://www.penasaran.net/?ref=374xah
PERHATIAN :
BILA ANDA ADALAH SEORANG YANG SKEPTIS, MUDAH MENYERAH, GAMPANG PUTUS ASA, ATAU HANYA INGIN COBA-COBA –
HARAP TIDAK BERGABUNG DENGAN PROGRAM INI DAN
JANGAN BUANG WAKTU KAMI!!!
KAMI HANYA MENCARI ORANG-ORANG YANG SERIUS INGIN BEKERJA UNTUK BENAR-BENAR KAMI BAYAR MAHAL.
Ini adalah sebuah program kerja paruh waktu yang bebas dari penipuan – Anda dibayar untuk mengisi formulir online.
Pekerjaan yang sangat sederhana – tidak memerlukan keahlian khusus, atau pengalaman kerja di bidang tertentu.
Sangat mudah dikerjakan, disertai instruksi detail langkah demi langkah yang harus Anda lakukan.
Pekerjaan yang sangat mudah, cepat, dan menguntungkan.
Dikerjakan pada paruh waktu dan dibayar tunai, segera, tanpa ditunda-tunda.
Dapatkan Rp. 3 juta hingga Rp. 15 juta setiap minggu, silakan Anda habiskan, tak ada potongan apapun, dalam bentuk apa pun, atas alasan apa pun.
Dapatkan uang tunai instan dan cepat, silakan Anda belanjakan atau bayarkan untuk kepentingan Anda sendiri.
Pekerjaannya terjamin dan berkesinambungan – jaminan Anda untuk selalu bisa dapat uang.
Bisa Anda mulai segera – Anda tinggal gabung dan mulai kerja.
Waktu kerja yang singkat – hanya 1 – 2 jam per hari, sehingga cukup waktu bagi Anda untuk melakukan kegiatan lainnya.
Anda bisa kerja dimanapun – bisa dari rumah, dari warnet, dari HP, dari BB, selama ada koneksi internet Anda bisa bekerja.
# LANGKAH-LANGKAH NYA :
1. KLIK link ini http://www.penasaran.net/?ref=a4umjt kemudian masukkan nama dan alamat email yg valid.
2. pelajari Sistemnya / peraturannya.,
3. selamat mencoba dan SALAM SUKSES.
Tidak perlu jualan
Tidak perlu membeli produk, jasa, sampel, atau stok barang
Tidak perlu menjual produk atau jasa
Tidak perlu website
Tidak perlu mengontak atau berurusan dengan pembeli
Tidak perlu jungkir-balik banting-tulang
“Kami Membutuhkan Bantuan Anda !
Kami membuka kesempatan bagi 200 orang di seluruh Indonesia yang berminat untuk mendapatkan gaji Rp. 2.000.000 hingga Rp. 10.000.000 per Bulan dengan bekerja paruh waktu dari rumah saja.”
Ini adalah sebuah program kerja di rumah yang menguntungkan dan memungkinkan Anda untuk mendapatkan bayaran uang tunai. Bila Anda bergabung, sebagai tanda terima kasih kami atas antusiasme Anda, kami akan langsung memberi bonus sebesar Rp 200.000,- pada account Anda.
untuk lebih jelasnya klik :: http://www.penasaran.net/?ref=374xah
PERHATIAN :
BILA ANDA ADALAH SEORANG YANG SKEPTIS, MUDAH MENYERAH, GAMPANG PUTUS ASA, ATAU HANYA INGIN COBA-COBA –
HARAP TIDAK BERGABUNG DENGAN PROGRAM INI DAN
JANGAN BUANG WAKTU KAMI!!!
KAMI HANYA MENCARI ORANG-ORANG YANG SERIUS INGIN BEKERJA UNTUK BENAR-BENAR KAMI BAYAR MAHAL.
Ini adalah sebuah program kerja paruh waktu yang bebas dari penipuan – Anda dibayar untuk mengisi formulir online.
Pekerjaan yang sangat sederhana – tidak memerlukan keahlian khusus, atau pengalaman kerja di bidang tertentu.
Sangat mudah dikerjakan, disertai instruksi detail langkah demi langkah yang harus Anda lakukan.
Pekerjaan yang sangat mudah, cepat, dan menguntungkan.
Dikerjakan pada paruh waktu dan dibayar tunai, segera, tanpa ditunda-tunda.
Dapatkan Rp. 3 juta hingga Rp. 15 juta setiap minggu, silakan Anda habiskan, tak ada potongan apapun, dalam bentuk apa pun, atas alasan apa pun.
Dapatkan uang tunai instan dan cepat, silakan Anda belanjakan atau bayarkan untuk kepentingan Anda sendiri.
Pekerjaannya terjamin dan berkesinambungan – jaminan Anda untuk selalu bisa dapat uang.
Bisa Anda mulai segera – Anda tinggal gabung dan mulai kerja.
Waktu kerja yang singkat – hanya 1 – 2 jam per hari, sehingga cukup waktu bagi Anda untuk melakukan kegiatan lainnya.
Anda bisa kerja dimanapun – bisa dari rumah, dari warnet, dari HP, dari BB, selama ada koneksi internet Anda bisa bekerja.
# LANGKAH-LANGKAH NYA :
1. KLIK link ini http://www.penasaran.net/?ref=a4umjt kemudian masukkan nama dan alamat email yg valid.
2. pelajari Sistemnya / peraturannya.,
3. selamat mencoba dan SALAM SUKSES.
Tidak perlu jualan
Tidak perlu membeli produk, jasa, sampel, atau stok barang
Tidak perlu menjual produk atau jasa
Tidak perlu website
Tidak perlu mengontak atau berurusan dengan pembeli
Tidak perlu jungkir-balik banting-tulang
Langganan:
Postingan (Atom)