Judul : Negeri 5 Menara
Penulis : Ahmad Fuadi
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : Juli 2009
Tanggal pengunduhan : 27 Maret 2012
Tema : “Perjuangan 6 Murid Pondok Meraih Impian”
Ringkasan :
Cerita ini bermula ketika suatu kegundahan yang dialami oleh Alif, bocah dari pinggiran danau maninjau, Sumatera Barat, suatu kampung yang disanalah lahir ulama terkenal, Buya Hamka namanya. Alif bercita-cita ingin menjadi seorang “Habibie” , ahli teknologi yang pernah mengeyam pendidikan di ITB Bandung. Alif sangat ingin merasakan kuliah di ITB, salah satu jalannya adalah masuk ke sekolah umum. Namun, Ibunya menginginkan dia agar menjadi ulama seperti Buya Hamka, maka Ibunya berkehendak agar Alif masuk madrasah. Suatu pergolakan di dalam diri Alif muncul, di satu sisi Alif tidak ingin mengecewakan Ibunya, di satu sisi dia ingin meraih mimpi-mimpinya masuk di ITB. Tiba-tiba Alif mendapatkan pencerahan, dia memutuskan untuk mondok di suatu pesantren di Jawa Timur.
Berbekal keyakinan yang kuat dan restu dari Ibunya, Alif berangkat menuju Ponorogo, Jawa Timur bersama Ayahnya. Di perjalanan, mereka naik bus tiga hari tiga malam melintasi punggung Sumatera dan Jawa menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Sesampainya disana, dia dipertemukan oleh sosok-sosok yang nantinya akan menjadi bagian dari cerita di dalam novel ini. Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa adalah teman-teman seperjuangan Alif ketika nanti dia belajar di Pondok Madani. Mereka itulah yang diceritakan sering berkumpul melepas lelah dibalik menara masjid yang kokoh berdiri. Ditempat itulah mereka menunggu maghrib sambil memandang langit dan menyatakan mimpi-mimpi mereka. Mereka dijuluki sahibul menara. PM mengajarkan ketekunan kepada mereka, dengan pepatah Arab yang ”sakti” dan selalu melekat dikalangan santri ”man jadda wa jada” siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil. Guru-guru yang tawadhu tetapi ”keren” diceritakan dalam buku ini yaitu Kiai Rais ataupun Ustad Salman yang selalu menjadi inspirasi bagi para santri yang ada di PM. Kehidupan pesantren digambarkan menyenangkan tetapi tetap serius menjalankan kehidupan sehari-hari yang penuh akan kegiatan positif.
Keunggulan :
1. Novel ini benar-benar memberikan inspirasi bagi siapa saja yang ingin sukses dan berhasil.
2. Memberikan perspektif baru terhadap dunia pesantren berupa penjelasan bahwa pesantren/madrasah tidak hanya diperuntukkan kepada anak-anak yang bermasalah. Tetapi untuk semua kalangan yang ingin belajar, baik dalam ilmu duniawi (non agama) dan ilmu agama.
3. Memberikan motivasi juga buat kita semua.
4. Memberikan keyakinan untuk mewujudkan impian. Setinggi apapun impian kita, kita akan dapat meraihnya jika kita berusaha.
Kelemahan :
1. Ada beberapa kutipan Bahasa Arab yang tidak diterjemahkan.
2. Ada cerita kenangan masa lalu yang seharusnya tidak perlu diceritakan karena tidak penting dan tidak ada kaitan dengan inti cerita.
3. Beberapa bagian menggunakan bahasa yang sedikit sulit untuk dipahami.
4. Tidak dijelaskan secara spesifik sistem pendidikan yang ada di PM, membuat pembaca bingung dengan adanya kelas 6 padahal secara umum sekolah tingkat atas (setara SMA) hanya 3 tahun. Hanya dijelaskan pendidikan di PM ditempuh selama 4 tahun.
5. Alur cerita cepat berubah.
Pendapat Akhir :
Novel Menara 5 Negeri ini menunjukkan bahwa sekolah agama tidak sepenuhnya belajar tentang agama, akan tetapi belajar akan kehidupan juga. Selain itu suatu gagasan yang dapat membangun moral diri kita untuk menunjang tinggi tentang agama. Saling mengingatkan satu sama lain, gotong royong, kerja keras, akan membuahkan hasil yang positif.
Saran :
1. Beberapa istilah Bahasa Arab yang tidak dijelaskan agar dijelaskan lebih lengkap sehingga pembaca tidak bingung.
2. Bahasa yang sulit dimengerti agar disederhanakan kembali.
3. Cerita yang tidak ada kaitan agar dihilangkan.
4. Alur cerita lebih konsisten.
Selasa, 27 Maret 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar