HUBUNGAN FAKRTOR DENGAN PERILAKU REMAJA DALAM HAL KESEHATAN
REPRODUKSI DI SLTPN MEDAN
TAHUN 2002
ABSTRAK
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi fungsi serta prosesnya. Melhat kompleksnya permasalahan kesehatan reproduksi serta dampaknya dalam menentukan kualitas hidup remaja sehingga mendorong penulis untuk mengetahui sejauh mana perilaku remaja dalam hal kesehatan reproduksinya.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang hubungan faktor eksternal remaja dengan perilaku remaja dalam kesehatan reproduksi. Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan antara pendidikan ayah, pendidikan ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, komunikasi orang tua-anak, media komunikasi massa dengan perilaku remaja dalam hal reproduksi.
Hipotesis penelitian ini adalah adanya hubungan anatara pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan ayah dan ibu, komunikasi orang tua anak, media komunikasi massa dengan perilaku remaja dalam hal kesehatan reproduksi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 28% remaja berperilaku resiko dalam hal kesehatan reproduksi dan 72% yang tidak beresiko.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Remaja sebagai bagian dari generasi muda merupakan aset nasional yang sangat penting dalam mempersiapkan kelangsungan program selanjutnya baik sebagai sasaran pembangunan atau sebagai pelaku pembangunan itu sendiri. Masalah perilau reproduksi di kalangan remaja tidak saja senagai akibat dari biologis semata tetapi juga berkenaan dengan faktor lingkungan serta kurangnya pembekalan informasi mengenai reproduksi sehat secara utuh dan menyeluruh yang disebabkan oleh beberapa kendala seperti sulit berkomunikasi dengan orang lain dan tidak tahu kemana dan dimana bisa mencari informasi tentang reproduksi. Dan pola kehidupan remaja tidak terlepas dari dampak globalisasi antara lain pergaulan bebas, longgarnya norma sosial, serta arus informasi yang semakin menigkat.
Berdasarkan keadaan ini maka dirasakan perlu untuk melakukan penelitian terhadap remaja khususnya untuk mengetahui hubungan faktor internal dan eksternal remaja dengan perilaku remaja dalam hal kesehatan reproduksi.
Rumusan masalah
Rumusan masalahnya adalahnya belum diketahuinya hubungan faktor eksternal dengan perilaku remaja yang beresiko dalam hal kesehatan reproduksi.
Tujuan penelitian
Diketahinya gambaran perilaku remaja dalam hal kesehatan reproduksi dan faktor eksternal remaja yang berhubungan dengan perilaku remaja dalam hal kesehatan reproduksi.
Hasil penelitian dan Pembahasan
1. Perilaku Remaja Dalam Hal Kesehatan Reproduksi
Secara presentase gambaran kondisi remaja di SLTP menunjukan bahwa 28% berperilaku kesehatan reproduksi yang beresiko. Keadaan ini disebabkan oleh karena informasi tentang perilaku kesehatan reproduksi terutama seks lebih mudah diperoleh karena aksesnya banyak antara lain melalui media cetak dan elektronik, serta lingkungan sekitarnya di mana banyak remaja yang menyaksikan perilaku berpacaran didepan umum.
Keadan ini dapat dicegah melalui pendidikan kesehatan reproduksi yang terprogram ke institusi sekolah melalui kegiatan ekstrakurikuler untuk menyelenggarakan pelatihan dan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi serta pemberian buku bacaan yang mendidik tentang kesehatan reproduksi pada institusi sekolah tersebut.
2. Pendidikan Ayah
Ayah yang berpendidikan rendah (34.8%) proporsinya lebih banyak dari ayah yang berpendidikan tinggi (26.2%) untuk mempunya remaja berperilaku kesehatan reproduksi yang beresiko. Berdasarkan hasil di atas di anjurkan kepada ayah yang berpendidikan rendah agar dapat memberikan model yang baik tentang perilaku kepada remajanya.
3. Pendidikan Ibu
Perilaku kesehatan reproduksi remaja yang beresiko ini terjadi lebih banyak pada ibu yang berpendidikan rendah (34.5%) dibandingkan ibu yang berpendidikan tinggi (25.6%). Keadaan ini disebabkan antara lain ibu yang berpendidikan rendah kurang memahami tentang masalah perilaku kesehatan reproduksi yang beresiko.
4. Pekerjaan Ayah
Berdasarkan hasil uji silang diketahui bahwa ada perbedaan proporsi mengenai pekerjaan dimana proporsi ayah yang bekerja non-formal (38.9%) lebih banyak dibandingkan ayah yang bekerja formal (22.5%). Hal ini dapat diartikan bahwa dengan ayah yang bekerja formal di sektor formal mempunyai pendapatan yang relatif stabil sehingga kebutuhan pokok keluarga terpenuhi.
5. Pekerjaan Ibu
Didapatkan jumlah yang hampir sama antara ibu yang tidak bekerja (28.4%) dengan ibu bekerja (27.5%) dapat membuat remaja berperilaku kesehatan reproduksi yang beresiko. Hal ini menunjukan bahwa ibu-ibu yang tidak bekerja dan tidak bekerja mempunyai proporsi yang sama untuk mempunyai remaja yang berperilaku kesehatan reproduksi yang beresiko.
6. Komunikasi Orang Tua
Proporsi remaja yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang tua (33.8%) lebih banyak dibandingkan dengan yang pernah berkomunikasi dengan orang tua (19%). Keadaan ini dikaitkan dengan keberadaan orang tua dirumah sehingga tidak ada kesempatan dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik tentang kesehatan reproduksi kepada remajanya.
7. Media Komunkasi Massa
Media cetak (19.5%) mempuyai proporsi lebih sedikit dibandingkan dengan media elektronik (33.3%) dalam meningkatkan perolaku kesehatan reproduksi yang beresiko. Keadan ini disebabkan oleh tersedianya sarana media massa dan mudahnya responden mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi yang beresiko tanpa batas.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dari hasil penelitian SLTP di medan dapat diketahui bahwa remaja yang berperilaku tidak beresiko dalam hal kesehaatan reproduksinya lebih banyak dibandingkan dengan yang berperilaku beresiko.
2. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ayah, pendidikan ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, komunikasi orang tua-anak, media komunikasi massa dengan perilaku remaja dalam hal reproduksi.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Z., 1999. Kurikulum Pendidikan Kesehatan dan Kesehatan Reproduksi Remaja, IDI, Jakarta.
Marliah, 2000. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seksual Remaja diantara Siswa SMU di Kota Madya Bandung. Tesis, FKUI, Depok.
Salam, E. S. A., 1995. Aktivitas Seksual Remaja dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, dalam Laporan Penelitian Fakultas Ushuludin IAIN Raden Fatah, Curup.
TAHUN 2002
ABSTRAK
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi fungsi serta prosesnya. Melhat kompleksnya permasalahan kesehatan reproduksi serta dampaknya dalam menentukan kualitas hidup remaja sehingga mendorong penulis untuk mengetahui sejauh mana perilaku remaja dalam hal kesehatan reproduksinya.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang hubungan faktor eksternal remaja dengan perilaku remaja dalam kesehatan reproduksi. Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan antara pendidikan ayah, pendidikan ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, komunikasi orang tua-anak, media komunikasi massa dengan perilaku remaja dalam hal reproduksi.
Hipotesis penelitian ini adalah adanya hubungan anatara pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan ayah dan ibu, komunikasi orang tua anak, media komunikasi massa dengan perilaku remaja dalam hal kesehatan reproduksi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 28% remaja berperilaku resiko dalam hal kesehatan reproduksi dan 72% yang tidak beresiko.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Remaja sebagai bagian dari generasi muda merupakan aset nasional yang sangat penting dalam mempersiapkan kelangsungan program selanjutnya baik sebagai sasaran pembangunan atau sebagai pelaku pembangunan itu sendiri. Masalah perilau reproduksi di kalangan remaja tidak saja senagai akibat dari biologis semata tetapi juga berkenaan dengan faktor lingkungan serta kurangnya pembekalan informasi mengenai reproduksi sehat secara utuh dan menyeluruh yang disebabkan oleh beberapa kendala seperti sulit berkomunikasi dengan orang lain dan tidak tahu kemana dan dimana bisa mencari informasi tentang reproduksi. Dan pola kehidupan remaja tidak terlepas dari dampak globalisasi antara lain pergaulan bebas, longgarnya norma sosial, serta arus informasi yang semakin menigkat.
Berdasarkan keadaan ini maka dirasakan perlu untuk melakukan penelitian terhadap remaja khususnya untuk mengetahui hubungan faktor internal dan eksternal remaja dengan perilaku remaja dalam hal kesehatan reproduksi.
Rumusan masalah
Rumusan masalahnya adalahnya belum diketahuinya hubungan faktor eksternal dengan perilaku remaja yang beresiko dalam hal kesehatan reproduksi.
Tujuan penelitian
Diketahinya gambaran perilaku remaja dalam hal kesehatan reproduksi dan faktor eksternal remaja yang berhubungan dengan perilaku remaja dalam hal kesehatan reproduksi.
Hasil penelitian dan Pembahasan
1. Perilaku Remaja Dalam Hal Kesehatan Reproduksi
Secara presentase gambaran kondisi remaja di SLTP menunjukan bahwa 28% berperilaku kesehatan reproduksi yang beresiko. Keadaan ini disebabkan oleh karena informasi tentang perilaku kesehatan reproduksi terutama seks lebih mudah diperoleh karena aksesnya banyak antara lain melalui media cetak dan elektronik, serta lingkungan sekitarnya di mana banyak remaja yang menyaksikan perilaku berpacaran didepan umum.
Keadan ini dapat dicegah melalui pendidikan kesehatan reproduksi yang terprogram ke institusi sekolah melalui kegiatan ekstrakurikuler untuk menyelenggarakan pelatihan dan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi serta pemberian buku bacaan yang mendidik tentang kesehatan reproduksi pada institusi sekolah tersebut.
2. Pendidikan Ayah
Ayah yang berpendidikan rendah (34.8%) proporsinya lebih banyak dari ayah yang berpendidikan tinggi (26.2%) untuk mempunya remaja berperilaku kesehatan reproduksi yang beresiko. Berdasarkan hasil di atas di anjurkan kepada ayah yang berpendidikan rendah agar dapat memberikan model yang baik tentang perilaku kepada remajanya.
3. Pendidikan Ibu
Perilaku kesehatan reproduksi remaja yang beresiko ini terjadi lebih banyak pada ibu yang berpendidikan rendah (34.5%) dibandingkan ibu yang berpendidikan tinggi (25.6%). Keadaan ini disebabkan antara lain ibu yang berpendidikan rendah kurang memahami tentang masalah perilaku kesehatan reproduksi yang beresiko.
4. Pekerjaan Ayah
Berdasarkan hasil uji silang diketahui bahwa ada perbedaan proporsi mengenai pekerjaan dimana proporsi ayah yang bekerja non-formal (38.9%) lebih banyak dibandingkan ayah yang bekerja formal (22.5%). Hal ini dapat diartikan bahwa dengan ayah yang bekerja formal di sektor formal mempunyai pendapatan yang relatif stabil sehingga kebutuhan pokok keluarga terpenuhi.
5. Pekerjaan Ibu
Didapatkan jumlah yang hampir sama antara ibu yang tidak bekerja (28.4%) dengan ibu bekerja (27.5%) dapat membuat remaja berperilaku kesehatan reproduksi yang beresiko. Hal ini menunjukan bahwa ibu-ibu yang tidak bekerja dan tidak bekerja mempunyai proporsi yang sama untuk mempunyai remaja yang berperilaku kesehatan reproduksi yang beresiko.
6. Komunikasi Orang Tua
Proporsi remaja yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang tua (33.8%) lebih banyak dibandingkan dengan yang pernah berkomunikasi dengan orang tua (19%). Keadaan ini dikaitkan dengan keberadaan orang tua dirumah sehingga tidak ada kesempatan dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik tentang kesehatan reproduksi kepada remajanya.
7. Media Komunkasi Massa
Media cetak (19.5%) mempuyai proporsi lebih sedikit dibandingkan dengan media elektronik (33.3%) dalam meningkatkan perolaku kesehatan reproduksi yang beresiko. Keadan ini disebabkan oleh tersedianya sarana media massa dan mudahnya responden mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi yang beresiko tanpa batas.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dari hasil penelitian SLTP di medan dapat diketahui bahwa remaja yang berperilaku tidak beresiko dalam hal kesehaatan reproduksinya lebih banyak dibandingkan dengan yang berperilaku beresiko.
2. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ayah, pendidikan ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, komunikasi orang tua-anak, media komunikasi massa dengan perilaku remaja dalam hal reproduksi.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Z., 1999. Kurikulum Pendidikan Kesehatan dan Kesehatan Reproduksi Remaja, IDI, Jakarta.
Marliah, 2000. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seksual Remaja diantara Siswa SMU di Kota Madya Bandung. Tesis, FKUI, Depok.
Salam, E. S. A., 1995. Aktivitas Seksual Remaja dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, dalam Laporan Penelitian Fakultas Ushuludin IAIN Raden Fatah, Curup.